The Harim and The Purdah adalah salah satu buku yang belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, ketika ada kompetisi menerjemahkan karya klasik di Storial, saya tertarik memilih buku ini.
Kompetisi Menerjemahkan Karya Klasik Dunia

Saya sudah lama menginstal Storial.co, tapi belum pernah menulis sama sekali. Saya pertama kali mengetahui app ini dari seorang kawan lama. “Baca tulisanku juga di Storial, ya!” ujarnya setahun silam. Syahdan, saya mendownloadnya, membaca ceritanya, lalu lupa kalau pernah punya app ini.
Kemudian, beberapa waktu lalu saat sedang mengutak-atik ponsel, saya menyadari kalau saya punya Storial. Saya buka, lalu saya jelajahi. Menarik juga. Selain bisa menulis untuk bersenang-senang, kita juga bisa menulis untuk dijual dan ikut kompetisi.
(Sebelumnya, sebuah disclaimer: tulisan ini bukan pesanan Storial, meskipun saya harap begitu).
Kompetisi yang sedang berlangsung yaitu kompetisi menerjemahkan karya klasik dunia yang ada di daftar Top 100 nya Gutenberg Project. Saat saya buka, isinya ternyata judul-judul yang sudah sangat populer: The Prince, The Scarlett Letter, Leviathan, Oliver Twist, Metamorphosis, dan banyak lagi. Sepertinya semua sudah pernah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Lalu apa dong yang belum?
The Harim and The Purdah Belum Ada Versi Indonesianya

Adalah The Harim and The Pundah: Study of Oriental Women, salah satu buku yang belum pernah saya temukan terjemahannya (saya sudah googling). Buku ini terbit tahun 1915, berisi penilaian Elizabeth Cooper soal kehidupan perempuan di Timur (Asia) di masa itu.
Rupanya buku ini cukup tidak populer. Bahkan, wujud asli bukunya saja susah ditemukan. Menurut beberapa review yang saya baca, bahkan tulisan aslinya juga hampir tidak terawat.
Tetap saja, buku ini dianggap sebagai salah satu karya yang berpengaruh di dunia. Menurut Amazon, “Karya ini dianggap penting bagi kebudayaan dan merupakan bagian dari fondasi pengetahuan peradaban hari ini.” Kalau segitu bagusnya, mengapa belum pernah diterjemahkan ke bahasa Indonesia? Saya pun tidak tahu.
Walhasil, sampai 31 Januari 2021 nanti (deadline kompetisi), saya akan sibuk menerjemahkan The Harim and The Purdah ke bahasa Indonesia. Terdiri dari dua puluh bab (termasuk Pendahuluan dan Kesimpulan). Sudah saya hitung, bahwa sehari saya harus mengerjakan separuh bab atau sekitar 10 halaman.
Kalau mau mengikuti kesibukan saya (atau bahkan memberi kritik dan saran, yang mana sangat saya harapkan!), boleh langsung cek akun Storial saya atau di laman kompetisinya. Di akun Storial saya, saya juga mempublish ulang cerpen-cerpen yang pernah saya tulis di blog ini.
Oh, kalau punya akun Storial juga, ada baiknya (dan memang seharusnya, sih!) follow saya. Tentu saja akan saya follow balik dan saya baca ceritanya. Serius, sampai hari ini follower saya baru dua orang. Apa tidak menyedihkan?
Tika Insani
10 December 2020 — 12:17 PM
Wah…. ternyata Storial ada kompetisi terjemahin juga ya! Aku dulu pernah ikutan yang lomba bikin cerpennya dan ya gak menang hahaha. Abis itu aku sering liatnya kompetisi buat novel dan waktunya gak cukup kalo bagiku cuma 1 bulan dan akhirnya skip.
Btw, aku juga belum pernah nih liat buku klasik yang ini. Apakah berat bahasanya? Kalau dilihat sekilas sepertinya menarik juga sih. Ditunggu nih terjemahannya hehehe siapa tau kan bisa share-share juga ke teman-teman yang lain 🙂
Muhammad Dito
10 December 2020 — 10:05 PM
Wah akunnya apa kak? Boleh follow nanti kufolback hehe.
Sebenarnya buku bahasanya nggak berat sih, cuma gaya menulisnya nggak wajar kayak jaman sekarang. Satu kalimat bisa panjang banget wkwk.
Kalau berkenan boleh baca juga ya kak. Rencananya 2 hari sekali selesai satu bab. 🙏
Mayuf
11 December 2020 — 11:59 AM
Mantul bang, aku mah gak bisa kaya gtu cuma bisanya nulis tutorial yang simple” wkwk
Zakia
24 December 2020 — 11:38 AM
Wah semangat kak!
Tapi jujur aja si, liat covernya aja udah nggak menarik. Mungkin aku nggak akan bentah disuruh baca apalagi bikin terjemahannya.
Mungkin bisa di bikin reviewnya biar orang-orang tertarik untuk membacanya kak 🙂
Muhammad Dito
24 December 2020 — 7:03 PM
Ah, kalau itu kesalahan saya yg kurang ahli desain covernya. Hehe. Soalnya, desain cover aslinya pun khas buku-buku kuno: cuma tulisan (dan lebih tidak menarik!). Tapi, ide bagus banget sih, nanti kalau udh jadi saya buat reviewnya. Terima kasih mba 🙏
Muhammad Amin
24 December 2020 — 1:03 PM
Wah, menarik tuh kayaknya. Sudah saya follow akun Storialnya, Mas. Mantap.